
Fokuskaltim.com, Bontang - Perpustakaan tak lagi hanya menjadi tempat membaca dan meminjam buku. Di Bontang, lembaga ini telah bertransformasi menjadi pusat inklusi sosial yang mendorong perubahan taraf hidup masyarakat melalui pelatihan dan pemberdayaan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Perpustakaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Bontang, Indra Nopika Jaya. Ia menjelaskan bahwa konsep inklusi sosial yang diterapkan bertujuan memberdayakan masyarakat, terutama yang belum memiliki pekerjaan, agar dapat mandiri secara ekonomi.
“Perpustakaan sekarang bukan cuma tempat membaca buku. Tapi sudah menjadi pusat inklusi sosial. Kami ingin masyarakat yang awalnya tidak punya pekerjaan bisa berdaya, bahkan sampai membuka usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui di ruangannya, Senin (26/5/2025).
Program yang dijalankan tidak bersifat sekali jalan, tetapi berkelanjutan dan dimonitor secara berkala. Setiap peserta yang mengikuti pelatihan akan dipantau kemajuannya. Mereka juga diberikan dukungan, baik pelatihan keterampilan maupun bantuan alat usaha.
“Misalnya ada yang tertarik jadi barista, kami adakan pelatihan. Kami undang narasumber profesional, umumkan secara terbuka, siapa saja yang ingin ikut bisa daftar. Setelah itu kami bantu juga dengan alat usaha jika memang dibutuhkan,” tambah Indra.
Upaya tersebut juga kata dia, bersinergi dengan program pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan ekstrem di daerah. Perpustakaan menjadi ruang alternatif yang memberdayakan warga miskin ekstrem melalui literasi dan pelatihan.
“Kami ingin membina saudara-saudara kita yang masuk kategori miskin ekstrem. Harapannya setelah mereka belajar dan dilatih di sini, mereka bisa membuka usaha sendiri dan mandiri,” ucapnya.
Ia menyebut program ini telah menunjukkan hasil nyata. Salah satu peserta yang pernah mengikuti pelatihan kini telah berhasil membuka kafe sendiri. Hal itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi pihak perpustakaan.
“Ini selaras dengan jargon kami, ‘Salam Literasi, Literasi untuk Kesejahteraan’. Perpustakaan harus jadi pusat informasi dan perubahan. Literasi bukan hanya soal membaca, tapi juga memberdayakan,” tutupnya. (Adv/Ir)