
FOKUSKALTIM, BERAU - Harga biji kakao di Kabupaten Berau mengalami kenaikan, seiring dengan seiring semakin dikenalnya produk kakao dari Berau. Hal itu disambut baik oleh Bupati Berau Sri Juniarsih. Dengan hal ini, dirinya pun berharap para petani semakin semangat untuk mengembangkan kakao dan produk olahannya.
Dikatakannya, dengan pertumbuhan itu diharapkan produksi komoditas unggulan Berau bisa dikembangkan dan jumlah petani kakao bisa lebih banyak dari saat ini. Dorongan itu ditekankannya, juga akan diiringi dengan bantuan-bantuan yang disalurkan melalui Dinas Perkebunan (Disbun) Berau untuk membantu peningkatan kesejahteraan para petani. “Saya akan koordinasikan dengan dinas terkait, sehingga produksi dari petani bisa naik dan mampu meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat,” paparnya, (17/7/2024)
Terlebih kualitas kakao Berau menurut Sri Juniarsih, merupakan unggulan karena memiliki rasa yang unik yang klasifikasi terbaik di Indonesia. Dibuktikan dengan berhasilnya biji kakao Berau sebagai yang terbaik secara nasional.
"Cokelat yang ditanam di Berau umumnya memiliki cita rasa unik yang jarang ditemui pada daerah lain. Karena cokelat kita terbaik, akhirnya menjadi rebutan oleh beberapa kota di luar Berau,” ungkapnya.
Sehingga, kakao saat ini dipandang dapat menjadi komoditas cadangan yang bisa menggantikan sektor Sumber Daya Alam (SDA) yang tidak bisa tergantikan, seperti pertambangan yang menjadi pemasukan terbesar Berau saat ini.
Namun, pengelolaan kakao sendiri perlu diakuinya dipantau dan didampingi dengan cermat, sehingga untuk penggunaan dalam negeri ataupun di internal Berau perlu tinjauan nilai atau harganya.
Sementara Kepala Disbun Berau, Lita Handiri menyampaikan, harga biji kakao kering fermentasi saat uni dihargai Rp 117 ribu per kg, adapun biji kakao non fermentasi seharga Rp 80 ribu per kg, biji kakao basah seharga Rp 25 ribu per kg. Menurutnya, harga itu merupakan harga yang sudah sesuai.
"Kita berharap harga bagus ini bisa meningkatkan semangat petani agar tidak pudar menanam komoditas kakao," harapnya.
Pun diharapkan harganya tetap stabil dan tidak kembali ke sebelumnya yang hanya Rp 50 ribu per kg untuk biji kakao fermentasi. Pihaknya berkomitmen akan terus mendukung para petani sepanjang mereka berminat dan serius.
Bahkan tidak sedikit mitra yang memiliki tujuan yang sama untuk mengembangkan kakao Berau. Sehingga, luasan kakao Berau ditargetkan dapat bertambah, dan bisa bersaing dengan kelapa sawit yang menjadi komoditas terbesar di Bumi Batiwakkal.
"Bukan hanya sawit yang jadi sumber penghasilan utama, tapi kakao juga jadi komoditas lain yang diminati petani. Kakao bahkan tidak butuh lahan yang luas seperti sawit," jelasnya.
Sejauh ini diutarakannya juga, pihaknya memiliki berbagai bantuan terhadap petani, beberapa telah disalurkan tapi ada juga yang baru akan direalisasikan. Seperti lantai jemur, bibit kakao, kotak fermentasi, pengering, hingga berbagai pelatihan.
"Sebelum mulai menanam bisa diberi pelatihan dulu, lalu kita ikuti dengan bantuan bibit dan pupuk. Setelah tanaman sudah timbuh kita dampingi pengendalian hama dan penyakit supaya bisa teratasi," ujarnya. (*/adv)