FOKUSKALTIM.co – Virus corona jenis terbaru, 2019-nCov, bikin geger dunia. Tidak lama setelah diidentifikasi pertama di Wuhan, China, penyebaran virus mematikan ini lalu menyebar ke sejumlah Negara di antaranya Singapura, Taiwan bahkan negara tetangga Malaysia.
Pemerintah Indonesia pun langsung bergerak cepat mewaspai sebaran virus mulai dari pengetatan pemeriksaan di bandara, edaran terkait kunjungan wisatawan hingga komunikasi aktif terhadap WNI khususnya yang berada di negeri tirai bamboo tersebut.
Masyarakat juga waspada kendati pemerintah menyatakan belum ada laporan satu orang pun yang terkena virus corona. Namun, ada sejumlah tindakan yang dianggap berlebihan dan cenderung tidak tepat. Misalnya, kalangan orang tua berbondong ke rumah sakit untuk mendapat vaksin pneumokukus usai isu virus novel corona ini merebak.
Padahal menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Achmad Yurianto penanganan semacam itu tidak sesuai.
"Pneumokukus sama virus [corona] itu enggak sama. Pneumokukus itu bakteri, sedangkan ini virus, enggak nyambung," jelas Yurianto.
Kekhawatiran muncul boleh jadi lantaran virus corona ini menginfeksi saluran pernapasan. Sehingga, penularan pun dianggap dapat dengan mudah terjadi.
Meski ada benarnya, sebagaimana pernyataan tertulis pihak Rumah Sakit Awal Bros Bekasi Timur, virus corona memang dapat menular melalui riwayat kontak dan udara. Tapi penjangkitan virus corona itu pun ada prosesnya. Tak akan mudah menyebar ibarat debu yang beterbangan.
Secara terpisah, disadur dari media cnnindonesia.com, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Soebandrio memaklumi bila orang awam memahami bahwa penularan dapat mudah terjadi. Mengingat, virus ini menginfeksi saluran pernapasan. Tapi ia menjelaskan, lebih tepatnya virus corona jenis terbaru ini bisa menyebar melalui cairan dari saluran pernapasan.
Amin menambahkan, penyebaran virus cenderung terjadi lewat droplet atau partikel kecil dari mulut yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
"Jadi mengikuti air liur atau lendir yang ukurannya agak besar, sehingga dia tidak bisa terbang ke mana-mana. Karena droplet itu hanya bisa jaraknya satu meter, dia jatuh ke meja. Jadi dia tidak seperti debu, terbang-terbang," jelas dia.
"Orang bersin, orang bicara, itu berpotensi menyebarkan atau mengeluarkan, menyemburkan air liur, dari rongga mulut, hidung dan lain sebagainya. Dan kalau orang itu terinfeksi oleh corona virus, itu kan bisa ikut," sambung dia lagi.
Tetapi bukan itu saja, Amin melanjutkan, karena droplet bisa jatuh ke meja atau benda lain maka ketika cairan tersebut tersentuh maka penularan pun bisa terjadi.
"Bisa saja orang tidak menyadari bahwa dia sudah menyentuh [droplet]. Bisa dari droplet yang jatuh di meja, di pegangan pintu atau di alat apapun. Baik di rumah sakit atau di masyarakat. Jadi itu yang harus kita waspadai," tegas Amin.
Ia pun menuturkan gejala orang yang terkena virus corona ini pun nyaris menyerupai penderita flu. Karena gejala yang tak mencolok dan cenderung dianggap biasa itu, menurut dia tingkat penyebarannya rentan meluas.
"Karena yang sudah tertular, tidak mengetahui, belum ada gejalanya jelas, tapi dia sudah pergi ke mana-mana. Karena ini berbeda dengan SARS, yang lebih cepat munculnya," jelas Amin lagi.
Hingga kini, belum ada vaksin yang spesifik untuk menangani virus corona jenis baru tersebut. Karena itu publik disarankan untuk waspada, salah satunya dengan menggunakan masker dan mencuci tangan. (*)